Selasa, 29 Januari 2013

Air Terjun Langsung Jatuh ke Laut


Tapanuli Tengah - Air terjun biasanya berakhir di sungai, namun Sumatera Utara punya air terjun yang berbeda. Tidak ke sungai, air terjun yang ada di Pulau Mursala, Tapanuli Tengah itu langsung jatuh ke laut. Penasaran?

Pulau Mursala atau kadang disebut Mansalaar Island merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut). Dari 31 pulau yang dimiliki Tapteng, Mursala ini yang paling luas, mencapai 8.000 hektar, dan masih berupa hutan asli.

Perjalanan menuju pulau ini dapat dimulai dari Pandan, ibukota Tapteng, sekitar 360 kilometer dari Medan, ibukota Sumut. Ada perahu-perahu wisata milik warga yang dapat disewa menuju ke sana. Jarak tempuhnya memang agak lama, hampir dua jam, tetapi pemandangannya menyenangkan. Anda pun bisa menikmati pemandangan sepanjang melewati beberapa pulau seperti Pulau Situngkus dan Pulau Putri.

Air terjun unik itu berada di ujung pulau. Airnya melewati dinding karang yang berwarna hitam. Datanglah sebelum siang, atau setelah siang hari jika ingin mengabadikan air terjun pada saat terbaiknya. Jika siang terik, tebing hitam kokoh itu akan memantulkan sinar matahari, sehingga aliran air tidak terlihat jelas saat difoto.

Sebagian wisatawan yang suka diving maupun snorkeling di sekitar air terjun. Nikmati sensasi berada di perairan dangkal yang hijau jernih dengan terumbu karang yang dihuni aneka jenis ikan. Namun, menyaksikan air terjun dari atas perahu pun tak kalah seru.

Dengarkan air mengalir melalui celah batu, dan jika memungkinkan minum seteguk airnya. Tak ada khasiat, hanya untuk bahan cerita ketika pulang ke rumah, "Aku minum airnya, wow segar!"

Air terjun yang langsung jatuh ke laut itu memang jarang ada. Di Indonesia air terjun yang mirip dengan Mursala ada di Siantan Timur, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau. Namanya air terjun Temburun.

Tetapi air terjun Mursala memiliki keindahan yang eksotis, serta lebih tinggi. Titik jatuh air berada di ketinggian sekitar 35 meter, sementara Temburun air terjunnya bertingkat-tingkat dan cenderung landai.

"Air terjun Mursala merupakan salah satu keunikan daerah ini, pesona Tapanuli Tengah yang sulit ditemukan di daerah lain, bahkan jarang dijumpai di negara lain di dunia ini," kata Raja Bonaran Situmeang, Bupati Tapanuli Tengah kepada detikTravel.

Menurut Bonaran, banyak wisatawan terheran-heran dan menduga-duga dari mana asal sumber air terjun itu. Dengan kondisi pulau yang tak terlalu luas, maka hampir mustahil bisa menghasilkan volume air tawar yang cukup besar untuk air terjun itu. Selain itu, air terjun juga seolah tak peduli waktu, musim kemarau maupun musim hujan, debit airnya sama sekitar 10 meter kubik per detik.

"Bahkan ada yang menduga kita memasang pompa di air terjun itu," kata Bonaran.

Dari mana sumber air yang banyak itu, masih menjadi tanda tanya. Ada dugaan air itu berasal dari Danau Toba, mengalir melalui sungai bawah tanah. Spekulasi itu bersumber dari keterangan orang-orang zaman silam. Di titik jatuh air terjun Mursala itu sering ditemukan gabah-gabah padi sisa panen.

Belum ada penelitian soal sungai bawah tanah itu, namun kemungkinannya bisa saja terjadi. Danau Toba yang berada di ketinggian 940 meter dari permukaan laut (mdpl), relatif dekat dengan Pulau Mursala yang titik tertingginya sekitar 50 mdpl. Jika ditarik garis lurus, jarak antara kedua tempat itu mungkin sekitar 80 kilometer.

Spekulasi ini berarti mengasumsikan, sungai bawah tanah itu mengalir melewati pegunungan Bukit Barisan dan diasumsikan tiba di bibir pantai garis Pantai Pulau Sumatera di Kecamatan Tapian Nauli, lantas melintas dari bawah laut sekitar 22 mil lalu masuk ke Pulau Mursala dan kemudian berakhir jadi air terjun.

Jika ingin wisata yang berbeda, berliburlah ke Pulau Mursala. Saksikan indahnya air terjun yang langsung jatuh ke laut. Keindahan yang jarang ditemui di destinasi wisata lain akan membuat liburan Anda lebih mantap







Sumber

Fantastis

Bukti Ilmiah Kebenaran Al Qur’an : Api di Dasar Laut




Subhanallah! Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api.

Allah bersumpah dengan fenomena kosmik unik ini. Firman-Nya: “Ada laut yang di dalam tanahnya ada api” (Qs. Ath-Thur 6).

Nabi SAW bersabda: “Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan.”

Ulasan Hadits Nabi

Hadits ini sangat sesuai dg sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur’an pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah yang tidak membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang di dalam tanahnya ada api “al-bahrul masjur.” Sumpahnya:

“Demi bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi Baitul Ma’mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya.” (Qs. Ath-Thur: 1-8)

Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya?

…tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat…

Persepsi demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung dengan firman Allah SWT: “Dan apabila lautan dipanaskan” (QS. At-Takwir 6).

Memang, ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).

Hal inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata “sajara,” yaitu “mala’a” dan “kaffa” (memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan.

Namun, hadits Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.

Setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai ‘gunung-gunung tengah samudera’.

Dengan mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah jaring retak yang sangat besar. Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa lautan. sedangkan kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi.

Bebatuan lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera dan beberapa lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000 derajat Celcius. Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan dengan “fenomena perluasan dasar laut dan samudera.” Dengan terus berlangsungnya proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan di dasar samudera dan beberapa dasar laut.

…meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera….

Salah satu fenomena yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera. Keseimbangan dua hal yang berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi, termasuk di dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah lautan seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan Allah SWT yang tiada batas.

Laut Merah misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi secara keras sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.

Kapal-kapal proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah dasar Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke permukaan kapal, tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan kontemporer, bahwa ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan.

…terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi…

Kemudian terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi. Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi menembus lapisan ini hingga kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak bumi. Di dalam pisan lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan air yang puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada di permukaan bumi.

Dari sini tampaklah kehebatan hadits Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda: “Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.”

Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.

Pelansiran fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits Rasulullah SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar Allah yang menyatakan:

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)

Tidak seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.










Sumber